Alat pembayaran berbasis digital kini sudah banyak macamnya. Dari dompet digital sampai perbankan konvensional yang telah masuk ke layanan digital. Merespons tumbuhnya alat pembayaran digital, Bank Indonesia mewajibkan seluruh penyedia layanan pembayaran nontunai menggunakan Quick Response Code Indonesia atau akrab disebut QRIS.
QRIS adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR code agar proses transaksi menjadi lebih mudah, cepat dan aman. QRIS memungkinkan pedagan untuk menerima pembayaran dari berbagai dompet digital dan bank menggunakan satu kode QR. Sementara dari sisi konsumen, selain menjadi alternatif pembayaran, proses transaksi pun lebih cepat dibanding dengan uang tunai. Konsumen juga tidak perlu menunggu pengembalian dana.
Menyadari akan pesatnya angka penggunaan QRIS, salah satu perusahaan financial technology atau fintech di Indonesia, berkolaborasi dengan ERASYS Consulting sebagai software developer, untuk mengimplementasikan keunggulan QRIS. Dalam proses saat ini, transaksi QR dan klaim masih diproses secara manual. Belum difasilitasi dengan aplikasi untuk memudahkan proses menjadi lebih sederhana. Selain itu, berdasarkan data tran transaksi QRIS, penggunaan QRIS di tahun 2020 meningkat 6x lipat dibandingkan tahun 2019. Hal ini yang mendesak agar aplikasi ini perlu dibuat.
Proyek ini bertujuan untuk mendukung dan memfasilitasi aplikasi yang dapat melayani semua pengguna QRIS di fintech tersebut agar dapat diproses secara otomatis oleh sistem, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas antara pengguna dan penyedia QRIS. Tentu saja agar tercapai tujuan tersebut, diperlukan beberapa perombakan alur proses transaksi.
Pada awalnya, seluruh proses transaksi dan klaim dilakukan secara manual. Pengguna mengklaim data secara manual melalui email ke tim operator. Kemudian tim reporting memasukkan data klaim tersebut ke database, lalu tim settlement menghitung klaim debit dan kredit. Proses diakhiri dengan tim settlement mengirim informasi mengenai status klaim melalui email.
Tiga dari empat proses tersebut diubah agar dapat berjalan secara otomatis. Proses yang baru akan tetap memerlukan pengguna mengklaim data secara manual, tetapi proses setelahnya akan berjalan otomatis. Webclaim akan mengirim file data tersebut ke SFTP (Secure File Transfer Protocol) dan database menggunakan scheduler. Perhitungan debit dan kredit akan dilakukan otomatis oleh webclaim, kemudian Sistem webclaim memperbarui status klaim secara berkala berdasarkan tindakan yang diambil (menggunakan parameter otomatis). Dengan mengubah proses menjadi otomatis, akan memberikan keuntungan kompetitif, visibilitas, dan efektivitas serta mencapai alur proses yang efisien.
Peralihan dari proses klaim manual menjadi otomatis dengan bantuan webclaim, membawa perbaikan dalam efisiensi proses. Dalam proses sebelumnya, banyak tugas yang memakan waktu, seperti perhitungan angka, pelaporan dan penanganan dokumen. Langkah-langkah manual ini sering juga mengakibatkan kesalahan atau penundaan akibat penumpukan data. Namun dengan implementasi sistem otomatis, ketidakefisienan tersebut dapat dikurangi secara signifikan. Sistem seperti ini mengoptimalkan proses klaim dengan mengotomatiskan perhitungan angka, mendigitalkan dokumen, mengirim laporan secara berkala. Akibatnya, proses klaim pun menjadi lebih cepat, mengurangi beban pada pihak yang mengajukan klaim dan staf. Secara keseluruhan, peralihan ini meningkatkan efisiensi proses dengan mengurangi penundaan, kesalahan dan upaya manual, yang berujung pada peningkatan produktivitas dan operasi yang lebih lancar.
Hubungi kami untuk mengetahui lebih jauh bagaimana ERASYS Consulting dapat membantu bisnis anda dalam peralihan proses manual menjadi otomatis dengan sistem webclaim.